Petuah Endatu: bak liwak-liwieng, bak pucoek trieng umpueng beuragoe, lahé teupat batén kiwieng, beurangkari tangieng han ek taraba.
obrolanguruku.blogspot.com. - bak liwak-liwieng, bak pucoek trieng umpueng beuragoe, lahé teupat batén kiwieng, beurangkari tangieng han ek taraba. - Bak jiduek teulemiek-leumoet, muka tubai teuseunyom-seunyom, watei ji jak teubungkôk-bungkôk, hate kurôk jipubloë ngôn.
Hidup seperti putaran roda, menurut bapak BJ. Habibie (mantan Presiden RI) hidup ibarat mendayung sepeda, ada kalanya ketika kita dalam posisi mendaki maka sepeda harus kita dayung dengan kencang, pada posisi ini ketika kita berhenti mendayung maka kita akan jatuh dan bahkan kita akan terperosok kebawah ke tempat yang sangat dalam, disini kita mungkin usaha kita untuk mendayung sepeda telah berakhir. Lalu pada posisi yang lain ketika kita menghadapi jalan menurun maka pada posisi ini kita di tuntut harus berhenti mendayung, namun ketika rem sepedanya blong dan sepeda menjadi tidak terkendali kita juga akan terperosok jatuh, pada keadaan seperti ini usaha kita untuk bersepedapun mungkin telah berakhir.
Hidup memang selalu mengajak kita untuk selalu bertindak bijak, terkadang harus mendaki, terkadang juga harus menurun, namun pada jalan yang rata kita mendapat kesempatan untuk mendayung lebih santai, dan pada posisi ini sepeda yang kita dayung tidak akan mengalami jalan mundur, sepeda yang kita dayung akan terus bergerak maju kedepan; terus mendayung tanpa mengucapkan kata lelah, namun pada titik terakhir ketika badan kita lemah dan kaki tidak mampu lagi untuk bergerak, disini sepedapun berhenti bergerak dan kitapun jatuh mungkin untuk selamanya.
Itulah hidup yang digambarkan oleh bapak Bj. Habibie. Namun ada juga yang menganalogikan hidup seperti putaran roda pedati, terkadang kita berada pada posisi atas, terkadang juga kita berada pada posisi bawah. namun celakanya ketika kita akan terpuruk ke bawah, ada saja orang menariknya agar segera jatuh, jarang ada yang menahannya agar kita terus berada di posisi atas.
Hidup seperti roda pedati memang sedikit berbeda dengan ibarat hidup seperti mendayung sepeda, jika hidup seperti roda pedati ketika kita berada di posisi atas terkadang banyak teman jauh menjadi dekat dan semua kebaikan kita akan lebih menonjol di bandingkan dengan keburukan kita.
Hidup memang butuh perjuangan berat, apalagi ketika kita harus mempertahankan sebuah jabatan. Berbagai keburukan lawanpun dicari lalu selanjutnya di umbar publik hingga kemuka hukum. Disini penegakan hukumpun terkadang tebang pilih tergantung kepentingan penguasa. Padahal petuah indatu masyarakat Aceh telah menganal hadih maja : Adat Meukoh Rubông, Hukôm Meukôh Purièh, adat beurangkaho jeut takoeng hukum hanjeut beurangkaho takieh”. Hukum tidak boleh diterapkan sembarangan sesuai selera penguasa karena hukum, karena hukum punya kaedah yang kuat saat proses pembentukannya. Ini cukup beralasan karena melalui hukum manusia dapat menuntut hak paling dasar manusia yaitu hak mendapatkan keadilan.
Pada intinya hidup harus selalu waspada dan berhati-hati dalam bertindak dan bersikap agar tidak mudah terjebak dengan politik orang, ”Meunyoe tupat niet ngon kasad, laot darat Tuhan pelara.” Itulah salah satu petuah indatu kita. Selain berhati dan waspada dalam bertindak dan bersikap, Niat baik karena Allah paling uatama dalam melakukan segala kebaikan karena seperti hadih maja di atas Allah akan memelihara atas segala kebaikan jadi tidak hanya sebatas mengharap kebaikan atas penilaian orang.
Namun yang menjadi permasalahannya sekarang, ketika seseorang pada posisi yang terpuruk orang-orang malah meninggalkannya, ketika senang di gandrungi namun ketika susah di tinggalkan, itu tabiat buruk manusia, sehingga dalam hadih maja di sebutkan “Awai boh bayeuk dudoe boh birah, pane lom leumah seuneulhop kana, menyoe han ek ta timbon tamah, pane lom leumah guna meuguna”.
Oleh karenanya sangat penting memilih dan memilah kawan, mana kawan yang menjadi sahabat dan mana kawan yang hanya sebagai teman. Sahabat menjadi tempat untuk mencurahkan segala keluh kesah dan akan selalu ada pada segala kondisi baik senang maupun sulit, sedangkan teman terkadang hanya ada pada saat senang saja. Seperti teman kerja, paling pokok hubungan dengan mereka hanya sebatas teman sama saat bekerja, terkadang juga sebagian dari teman hanya boleh di undang kerumah hanya sebatas acara pesta, namun bukan untuk tempat berbagi cerita kehidupan pribadi dan keluarga.
Menurut Saidina Ali ra. cukup 3 cara untuk mengetahui karakter teman. Pertama ajak teman kerumah untuk nginap. Sambil makan atau sambil nonton ketika mengobrol dan bersenda gurau akan terlihat karakter aslinya. Kedua. Ajak teman bepergian jauh. Saat bepergian jauh, dalam perjalanan biasa teman akan memperlihatkan karakter aslinya, karakternya itu dapat terlihat misalnya ketika makan bersama di warung atau di tempat umum. Disini gerak gerik seorang teman akan terlihat saat akan melakukan pembayaran menu makanan. Ketiga. Ajak teman bekerja sama dalam bidang bisnis. Di sini seorang teman juga akan memperlihatkan karakter aslinya. Teman yang menganggap uang lebih penting dari pada sekedar pertemanan itu menunjukkan dia bukan teman yang baik. Teman seperti itu tidak akan sungkan untuk berkhianat demi mempertahankan keuntungan atau sejumlah uang.
Oleh karenanya jelihlah dalam menilai mana kawan yang dapat di jadikan sebagai sahabat sejati dan mana kawan yang hanya sekedar kawan. Dalam hadih maja juga di gambarkan tentang orang-orang yang tidak setia, “bak liwak-liwieng, bak pucoek trieng umpueng beuragoe, lahé teupat batén kiwieng, beurangkari tangieng han ek taraba. Orang-orang yang berperangai khianat itu juga digambarkan dalam hadihmaja lain, bak jiduek teulemiek-leumoet, muka tubai teuseunyom-seunyom, watei ji jak teubungkôk-bungkôk, hate kurôk jipubloë ngôn.
Sebagai penutup, Nyak Cut mengingatkan pandai-pandailah dalam memilih kawan, jangan sampai kita memelihara ular satu kadang dengan kawanan ayam, karena memang sudah tabiat ular menjadikan ayam sebagai makanannya. Atau pandai-pandailah kita dalam membedakan mana domba sungguhan dan musang berbulu domba. karena kawan saat kita tertawa sangat banyak, namun saat kita tertimpa masalah mereka menghilang bagai tak saling kenal.
0 komentar:
Posting Komentar