MERAH JOHAN, PUTRA RAJA LINGGA ACEH TENGAH ADI GENALI SULTAN ACEH DARUSSALAM PERTAMA DENGAN JUDUL SULTAN ALAIDIN JOHANSYAH
MERAH JOHAN, PUTRA RAJA LINGGA ACEH TENGAH ADI GENALI SULTAN ACEH DARUSSALAM PERTAMA DENGAN JUDUL SULTAN ALAIDIN JOHANSYAH - Gayo artinya Indah, orang gayo berasal dari orang Melayu kuno yang datang ke Sumatera gelombang pertama dan menetap di pesisir timur Aceh antara daerah aliran sungai Jambo Aye, Sungai Peureulak dan Sungai Temiang.
Kemudai mengalirkan DAS dari tiga sungai yang bermuara ke Serbejadi, Lingga dan Gayo Luwes. Mereka berusaha di sektor pertanian sub sektor pertanian, perburuna, perikanan, pertanian dan kehutanan sangat sederhana dan membangun Lingga bekerja dengan ibukotanya Buntul Lingga yang terletak di tepi anak sungai di hulu sungai Jambo Aye.
Sejak saat itu hingga sekarang, masyarakat Gayo tinggal di enam kecamatan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kecamatan Lukup Serbejadi Kabupaten Aceh Timur, Kecamatan Pulo Tige Kabupaten Temiang, sebagian Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Gayo Luwes dan di Bener. Kabupaten Meri.
Ketika kekuatan dakwah Islam 100-kuat yang terdiri dari Arab, Persia dan India dipimpin oleh Kapten Shahir Nuwi dari Teluk Kambey Gujarat berlabuh di Teluk perelak pada tahun 173 M atau 800 M. orang gayo berbaur dengan mereka dalam proses pemerintahan dan masyarakat, diikat oleh tali persaudaraan Islam. Selama periode itu, semua orang gayo mulai memeluk Islam yang sebelumnya animisme. Ahmad Syarif dinobatkan sebagai Merah (Raja) Islam Pertama pada tahun 181 H atau 808 M.
Pada tahun 225 M atau 840 M, Kerajaan Peureulak diresmikan menjadi Kerajaan Islam yang dipimpin oleh Sutan Sayid Maulana Aziz Syah pertama dari The Arab Qabilah Quraisy.
Pada tahun 375-379 H atau 986-990 M pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Malik Ibrahim Syah, Kerajaan Islam Peureulak diserang oleh Kerajaan Sriwijaya. Beberapa tokoh dan masyarakat Peureulak bergerilya dan merantau ke Lukup, Samarkilang, Serule, Lingga, Penarun dan Isaq bergabung dengan kaum gayo yang sudah lama menetap di sana. Setelah Sriwijaya dikalahkan oleh Mojopahit pada tahun 379 H atau 990 M, sebagian pemimpin dan rakyat Kerajaan Islam Peureulak kembali ke Peureulak dan sebagian lagi menetap di Serule, Lingga dan Isaq.
Salah seorang pemimpin Kerajaan Peureulak yang bernama Merah Malik Ishaq Syahir Nuwi, keturunan Pangeran Shahir Nuwi dari Persia dan Putri Siyam, menetap di Lembah salah satu anak sungai Jambo Aye pada masa Kerajaan Islam Perlak yang dipimpin oleh Sultan Mahmud. Syah tahun 365-377 H atau 976-988 M. Program prioritas Merah Malik Ishaq membangun masjid dan zawiyah (dayah), tempat belajar bersama 32 mata pelajaran ilmu keduniaan dan ukhrawi. Kemudian negeri itu terkenal dengan nama Isaq yang berasal dari nama Malik Ishaq.
Putra tunggal Malik Ishaq, Merah Mersa, melanjutkan upaya ayahnya untuk mengembangkan Islam dan membangun tanah Isaq, Lingga dan Takengon. Anak Mersa Merah punya enam orang.
Merah Putih dan Merah Hitam yang biasa disebut Merah Dua membangun Tanah Meureudu di Pidie Timur. Nama Meureudu berasal dari Meurah Dua.
Saudara Merah Bacang, Merah Putih dan Merah Hitam membangun Negara Bagian Seunagan di Aceh Barat
Adik Merah Jernang, Merah Bacang, membangun negara sebagai Lukup Aceh Timur
Merah Ibrahim, Adik Merah Jernang membangun Negara Bagian Barat Daya Aceh Barat
Pupuk Merah Kakak Merah Jernagn Bangun Negara Aceh Barat Barat Daya
Meurah Mege melanjutkan usaha kakeknya Merah Ishaq dan ayahnya Merah Mersa di tanah Isaq.
Salah satu cucu Merah Mersa atau cicit dari Merah Malik Ishaq adalah Adi Genali, putra Merah Ibrahim menjadi Sultan Kerajaan Islam Lingga yang dinobatkan oleh ulama besar peureulak Syekh Sirajuddin pada tahun 550 H atau 1125 M yang menetap di Serule sebagai penasehat Kerajaan Islam lingga sebagai Cik Serule.
Adi Genali memiliki empat anak, seorang putri dan tiga putra:
Siti Lela yang populer di kerajaan Islam Lingga disebut Datu Beru. Ia dimakamkan di pemakaman Kerajaan Islam Lingga di Buntul Lingga.
Merah Lingga yang kemudian menjadi Raja Lingga menggantikan ayahnya. Sibayak Lingga yang membangun tanah Sibayak di dataran tinggi pegunungan Sibayak Karo dan mengembangkan Islam di Aru.
Merah Johan atau Johansyah menjadi sultan pertama kerajaan Aceh Darussalam dengan gelar Sultan Alaidin Johansyah
Fungsi ini ia capai melalui proses berikut:
Adi Genali dan Ibu Serule sepakat untuk melanjutkan pendidikan johansyah ke Zawiyah Cot Kala di Bandar Perlak, setelah beberapa tahun dibimbing dan dididik oleh Syekh Sirarjuddin (Ibu Serule) dengan harapan dapat menggantikan ayahnya memimpin Kerajaan Islam Lingga dengan lebih baik.
• Johansyah yang tampan, berakhlak mulia, rajin dan cerdas, sehingga setelah Johansyah menyelesaikan pendidikannya di Zawiyah Cot Kala, Guru Besar Zawiyah Syekh Abdullah Kan'an dengan persetujuan perlak Sultan Kerajaan Islam, mengangkat Johansyah menjadi guru Zawiyah.
• Selain menjadi guru, Johansyah dipercayakan untuk beramal membantu Kerajaan Islam Perlak dalam bidang pemerintahan dan militer. Terkait dengan departemen kedua ini, Johansyah juga disebut sebagai Johan Lakab Merah.
Pada tahun 600 H atau 1204 M, Kerajaan Benua Cina yang dipimpin oleh seorang putri Cina Laksamana Liang Khie menaklukkan Kerajaan Indera Jaya ibukota Panton Bie, bertetangga dengan Kerajaan Indra Kuno ibukotanya Lamuri. Raja beserta sejumlah pangeran, prajurit dan rakyat Kerajaan Indra Jaya mengungsi dan mendirikan Kerajaan Indra Jaya Baru di sebelah barat Gunung Geruthee. Laksamana Liang Khie mengangkat dirinya sendiri sebagai Kaisar Kerajaan Indra Jaya yang telah berubah nama menjadi Kerajaan Seudu.
Kerajaan Seudu kemudian diperintah oleh keturunan Laksamana Liang Khie yang bernama Nian Nio. Laksamana cantik dan pemberani itu melanjutkan keinginan Liang Khie untuk menguasai kerajaan Indra Jaya, Indra Purwa, Indra Patra, Indra Puri dan Indra Purba yang terbagi di wilayah Aceh Raya saat ini, yang menyebabkan Nian Nio dengan mudah menguasai mereka.
Laksamana Nian Nio mulai menyerang ibu kota Kerajaan Indra Purwa dan akan berlanjut ke Kerajaan lainnya. Oleh karena itu Maharaja Kerajaan Indra Purba mengirimkan utusan yang dipimpin oleh Hulubalang Barata ke Kerajaan Islam Peureulak untuk meminta bantuan. Sultan Kerajaan Islam Peureulak Makhdum Alaidin Malik Muhammad Shah dan Perdana Menteri Kamaluddin menerima misi dari Kerajaan Kuno dengan baik.
• Setelah melalui pertimbangan yang matang dengan Majelis Syura, Sultan Alaidin menyatakan kepada Hulubalang Barata, bahwa Kerajaan Islam Peureulak bersedia membantu Kerajaan Indra Purba dari serangan Kerajaan Seudu.
• Dalam program dan kebijakan Kerajaan Islam Perlak yang telah lama ditetapkan, bahwa setiap langkah dan upaya harus dilakukan dengan tema Dakwah Islam. Untuk itu dilakukan seleksi dan pelatihan anggota tentara, agar tidak hanya terampil dalam bidang peperangan tetapi juga terampil dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan ajaran Islam.
• Sebanyak 500 pasukan tentara Kerajaan Islam Peureulak, ditambah dengan utusan Kerajaan Kuno, mengikuti pelatihan selama tiga bulan di Pusat Latihan Cot Kala Peureulak. Selama pelatihan, Hulubalang Barata melaporkan secara teratur kepada Maharaja Kerajaan Indra Purba di Bandar Lamuri tentang sistem pelatihan dan efeknya selama berada di wilayah Kerajaan Islam Peureulak. Para utusan Kerajaan Kuno merasa simpati dan mendorong mereka untuk memeluk Islam tanpa paksaan. Namun mereka tidak melaporkannya kepada Maharaja Indra Purba, karena Maharaja dan seluruh rakyat kerajaan di wilayah Aceh Besar menganut agama Buddha.
• Pada hari Kamis 27 Rajab 570 H bertepatan dengan tahun 1180 M, 500 prajurit terpilih Kerajaan Islam Peureulak yang terdiri dari 400 prajurit dan 100 perwira termasuk 75 prajurit dan 18 perwira wanita dengan upacara khidmat diberangkatkan ke Bandar Lamuri ibukota Kerajaan Indra Purba , dipimpin oleh Syekh Abdullah Kan'an sebagai Panglima dan Merah Johan sebagai Wakil Panglima. Pasukan ini disebut Pasukan Syiah Hudan. Raja Lingga Adi Genali mengirimkan 100 prajurit Kerajaan Lingga dan bergabung dengan Pasukan Syiah Hudan di Jalin untuk membantu Kerajaan Indra Kuno dari serangan Kerajaan seudu.
• Program Angkatan Hudan Syi'ah adalah melaksanakan bil dakwah dan dakwah bil lisan secara solid. Syekh Abdullah Kan'an membangun Zawiyah Kan'an di Bandar Lamuri dan menjelaskan ajaran Islam secara kaffah: iman, ibadah, segala macam amal saleh termasuk sistem sosial, menjaga kebersihan dan pelepasan usaha pertanian dari lading dan ternak dengan kelapa , merica, pala, kopi dan lain-lain. Sedangkan Merah Johan memimpin pembinaan warga indra purba berusia 18 sampai 40 tahun tentang taktik dan strategi perang bela diri dan menyerang perwira dan prajurit pasukan syiah hudan setiap kali sholat berjamaah dimulai dengan azan dan iqamah dan ditutup dengan zikir dan sholat.
• Kekompakan kedua belah pihak tim dakwah Islam dimaksudkan untuk menarik simpati para pemimpin dan rakyat Kerajaan Indra Purba, Indra Patra, Indra Purwa dan Indra Puri, sehingga mereka menyatakan diri memeluk agama Islam yang sebelumnya menganut agama Buddha dan memperkuat kekuatan pasukan hudan Syiah dengan membentuk kekuatan gabungan.
• Maharaja Indra Purba mengangkat Syekh Abdullah Kan'an sebagai penasehat kerajaan indra puba dan Merah Johan menjadi panglima gabungan Tentara Kerajaan indra Purba dan Kerajaan Islam Peureulak. Merah Johan memanfaatkan seluruh potensi masyarakat dan alam untuk meraih kemenangan melawan serangan angkatan bersenjata kerajaan seudu.
• Kerajaan Seudu menyerang ibu kota besar Lamuri di Indra Purba. Meurah Johan mengumpulkan empat pasukan terpadu yang dikirim ke empat arah untuk mempertahankan ibu kota Lamuri dan merebut ibu kota Kerajaan Seudu Panton Bie dan Lingke tempat maharani Nian Nio bermarkas. Penetapan kedudukan dan penamaan Liengkie oleh Nian Nio adalah untuk mengabdikan nama leluhurnya Kaisar Laksamana Liang Khie.
Hampir satu tahun Syekh Abdullah Kan'an dan Merah Johan membina rakyat Indra Purba, mempersiapkan fisik dan mental untuk mempertahankan dan membalas serangan tentara Kerajaan Seudu. Dan terjadilah pertempuran antara pasukan gabungan Kerajaan Islam Peureulak dan Kerajaan Indra Purba melawan pasukan kerajaan seudu selama tiga bulan, yang paling sengit di Kuala Naga dan Liengkie, akhirnya Nian Nio bisa ditawan dan Kerajaan Seudu menyatakan kekalahannya .
• Pada hari Rabu 14 Rajab 601 H, Kerajaan Indra Purba mengadakan upacara penyambutan kemenangan, para pangeran Kerajaan Indra Purba menyatakan resmi memeluk agama Islam, Syekh Abdullah Kan'an memanjatkan syukur atas nikmat Allah yang tak ternilai harganya. Red Johan berkerabat dengan putri Maharaja Indra Purba bernama Indra Kesuma.
• Nian nio termenung murung diam di rumah penjara Kerajaan Indra Purba memendam cinta untuk Johan Merah yang tampan. Ada cinta segitiga antara Indra Kesuma, Nian Nio dan Merah Johan. Syekh Abdullah Kan'an merundingkan cara penyelesaian cinta segitiga dengan Kaisar dan Permaisuri Kerajaan Indra Kuno.
Masalah ini sangat aneh dirasakan oleh mereka karena bermadu adalah kondisi paling pahit yang dirasakan seorang istri, apalagi belum sampai satu bulan Johan Merah menikah dengan Indra Kesuma. Namun demi dakwah Islam dan demi persatuan Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Seudu dan Kerajaan lainnya, Maharaja, Permaisuri dan Putri Kerajaan Indra Purba, Indra Kesume istri pertama Red Johan, menyetujui pernikahan Red Johan dengan Nian Nio dengan syarat Nian Nio terlebih dahulu masuk Islam. Sheikh Abdullah Kan'an memimpin Islamisasi Nian Nio dan menikahinya dengan Red Johan di Istana Kerajaan Seudu Panton Bie. Sejumlah pangeran dan rakyat Kerajaan Seudu yang setia kepada Nian Nio masuk Islam.
• Pada tanggal 28 Sya'ban 601 H, diadakan musyawarah besar-besaran di Istana Kerajaan Indra Purba di ibu kota Bandar Lamuri. Peserta berjumlah 1000 orang yang terdiri dari perwakilan Kerajaan Seudu, Indra Purwa, Indra Patra, Indra Puri, Indra Purba dan sejumlah pengulas dari Kerajaan Islam Peureulak, Pase, Benua dan Lingga. Dua istri Red, Johan Indra Kesuma dan Nian Nio sangat serasi memimpin petugas mempersiapkan musyawarah besar. Setelah Maharaja Indra Purba membuka dan menjelaskan tujuan musyawarah, Syekh Abdullah Kan'an menyampaikan pidato yang penting: memproklamirkan berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam, menjelaskan dasar-dasar Kerajaan dan mengangkat Merah Johan menjadi sultan Kerajaan Aceh Darussalam.
Pidato SHEIKH ABDULLAH KAN'AN:
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Segala puji hanya bagi Allah, Pencipta dan Pemilik alam semesta salawat dan salam untuk penguasa kita Nabi Muhammad (saw).
Saudara yang kami hormati,
Hari ini kita menutup musyawarah besar Kerajaan Seudu, Indra Purwa, Indra Patra, Indra Puri dan Indra Purba dan diikuti oleh perwakilan dari Kerajaan Islam Peureulak, Pase, Benua dan Kerajaan Islam Lingga. Kami telah sepakat untuk mendirikan Kerajaan Islam Aceh dengan nama Kerajaan Aceh Darussalam.
Kita juga telah sepakat bahwa dasar Kerajaan Aceh Darussalam adalah Islam. Jika Al-Qur'an menjadi pedoman hidup manusia dan dasar Kerajaan, maka dunia menjadi surga, karena keadilan dan kebenaran, persaudaraan dan cinta, kesetaraan dan hak asasi manusia menjadi raja.
Kita juga telah sepakat bahwa ibu kota Kerajaan Aceh Darussalam dibangun baru-baru ini antara Kerueng Naga dan Kuala Naga, untuk mengenang pertempuran sengit dan menentukan antara pasukan Kerajaan Indra Purba yang dipimpin oleh Meurah Johan dan pasukan kerajaan seudu yang dipimpin oleh Laksamana Nian Nio. Ibu kota baru kami beri nama Banda Aceh Darussalam.
Kita juga telah menyepakati Meurah Johan diangkat menjadi Sultan pertama Kerajaan Aceh Darussalam dengan gelar Sultan Alaidin Johansyah.
Kami berharap suatu saat Kerajaan Samaindra dan Kerajaan Indra Jaya serta Kerajaan Islam Peureulak, Pase, Benua dan Kerajaan Islam Lingga akan bersatu dalam Kerajaan Aceh Darussalam yang agung ini dan akan mengembangkan dakwah Islam di seluruh Nusantara.
Atas nama peserta musyawarah, pada hari Jumat tarekh 1 Ramadhan 601 H, saya menyatakan berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam dan melantik Meurah Johan menjadi Sultan Aceh Darussalam.
Semoga Allah melindungi dan membimbing kita semua. Amiin ya Arhamarrahimiin.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
KATA MEURAH JOHAN JUDUL ALAIDIN JOHANSYAH:
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Kami mempersembahkan kami semua pujian, ya Tuhan, Raja di atas segala Raja. Anda memberikan kerajaan kepada siapa Anda mau dan Anda menarik diri dari siapa Anda mau. Anda menghormati siapa yang Anda sukai dan Anda mencintai siapa yang Anda inginkan. Segala kebaikan ada di tangan-Mu dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena dengan iradah-Nya, hari ini kita dilantik menjadi Khadim kerajaan-Nya.
Kami berjanji akan berusaha menjalankan semua ajarannya di semua cabang kehidupan masyarakat.
Sebagai manusia, kita adalah manusia yang lemah, hanya Al-Haq Allah SWT yang menjadi kekuatan mutlak. Tidak ada kejahatan dalam bentuk apa pun yang dapat bertahan menghadapi Al-Haq. Kami adalah tangan Al-Haq yang akan membela orang-orang yang tertindas dan mematahkan leher tirani.
Di kerajaan Aceh Darussalam, raja adalah kebenaran, keadilan, persaudaraan, kesetaraan, ketulusan dan cinta. Tidak ada yang harus memperkosa hal-hal ini. Seluruh elemen bangsa dan semua golongan darah di Kerajaan Aceh Darussalam akan diperlakukan sama, memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tinggi rendahnya seseorang diukur dengan taqwa. Hanya orang-orang cerdas yang dapat memelihara dan menerapkan dasar-dasar ini.
Untuk menambah pengetahuan dan kecerdasan umat kami meresmikan Zawiyah Kan'an sebagai pusat pendidikan Islam dan Kerajaan Aceh Darussalam.
Demikian sambutan dan harapan kami, semoga Allah SWT mengizinkan.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Lampiran :
Skema silsilah Sultan Kerajaan Peureulak, Lingga dan Aceh Darussalam.
ASLI NASKAH PANITIA PEKAN KEBUDAYAAN ACEH KE -V KABUPATEN ACEH TENGAH (belum di edit maupun direvisi)
Takengon, 21 Jumadil Akhir 1425 H/ 08 Agustus 2004 M.
SUMBER: http://mgp-alim-family.blogspot.com/2009/09/meurah-johan-raja-aceh-darussalam-yang.html
0 komentar:
Posting Komentar