Leumo Dalam Peribahasa Aceh
Sebagai hewanyang penuh manfaat, masyarakat di Aceh dalam berpribahasa menjadikan lembu sebagai contoh katakter hewan untuk memperbaiki karakter manusia dalam kehuidupan sehari-hari, hal cukup beralasan karena lembu sangat dekat dengan dinamika sosial masyarakat Aceh, misalnya: Lagee Leumo Kap Situek (seperti lembu menggigit Pelepah Pinang), Lagee leumo ta peutengöh lam mön dan sebagainya.
Lagee Leumo Kap Situek
Arti : Seperti lembu gigit pelepah pinang
Makna : Peribahasa diartikan sebagai manusia yang mengerjakan sesuatu tanpa dibekali dengan pengetahuan.
Maksud : Dalam konteks kehidupan terdapat manusia yang diumpamakan seperti perilaku leumo (lembu) ini, yaitu mengerjakan suatu pekerjaan yang bukan pada keahliannya, suka berpendapat terhadap sesuatu yang belum tentu ada manfaatnya.
Ibarat lembu yang sedang menggigit situek (pelepah pinang) lalu lembu lain tersebut juga ingin ikut juga menggigitnya. Padahal situek tersebut tidak enak, alot dan kurang bermanfaat bagi lembu itu karena situek (pelepah pinang) tersebut bukan makanannya.
Manusia yang memiliki tipe seperti ini melakukan sesuatu bukan berasaskan pengetahuan yang dimiliki, melainkan hanya sebatas perasaan atau sebatas ikut-ikutan karena orang lain melakukannya dan apa yang dilakukan hanya merugikan diri atau orang sekitar karena kebodohannya.
Amanat : bekali setiap pekerjaan dengan pengetahuan, bukan karena perasaan ikut-ikutan karena itu tidak menjamin apa yang di kerjakan benar! belajarlah sebelum mengerjakan sesuatu!
Lagee leumo ta peutengöh lam mön
Arti : Seperti lembu diselamatkan dari sumur
Makna : Peribahasa ini bermakna orang yang tidak tahu berterima kasih, atau tidak tahu membalas budi.
Maksud : Dalam dinamika sosial terdapat manusia yang karakternya diibaratkan seperti binatang lembu yang terjabak di sumur, setelah masalahnya selesai karna di bantu orang lain. ianya tidak tahu berterima atau lupadiri terhadap bantuan yang diberikan orang lain. Bahkan terkadang sebaliknya membalas dengan keburukan. Karakter manusia seperti ini dalam ungkapan bahasa Indonesia dikenal dengan istilah “orang yang tidak tahu diuntung”.
Amanat : Janganlah menjadi manusia seperti “kacang lupa akan kulitnya”. ingatlah jasa-jasa orang lain yang telah membantu menyelesaikan masalah kita, hingga hidup kita menjadi lebih nyaman, senang, dan bahagia!
0 komentar:
Posting Komentar