Menjerit pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Psikologis
Ada kalanya emosi mendominasi kita sebagai orang tua ketika mencoba mengajar anak-anak kecil kita dengan berbagai cara. Ketika seorang anak tidak mematuhi orang tuanya, ada rasa ingin meneriai anak, ini dilakukan agar dia mengikuti apa yang diinginkan orang tuanya.
Meskipun meneringki anak-anak adalah salah satu cara mendidik, ada efek berteriak pada anak-anak yang perlu Anda ketahui, Anda tahu!
Menjerit pada Anak-anak dalam Islam
Meskipun kemarahan adalah hal manusia, kita sebagai orang tua harus menahan diri sebanyak mungkin dari melakukannya kepada anak-anak kita. Apalagi jika luapan dikeluarkan dalam bentuk kata-kata kasar, ngomel untuk meneriilankan si Kecil.
Menjerit pada anak-anak dalam Islam sebagai cara mendidik anak-anak, sebuah hadis mengatakan:
"Bukan berarti orang yang kuat diukur dengan seberapa kuat dia melawannya, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan diri ketika dia marah," demikian sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW, dikutip dari Islam.
Dalam hadis ini berarti orang tua tidak boleh menunjukkan emosi atau kemarahan berlebihan yang sangat tidak terkendali. Hal ini dikarenakan dengan kondisi seperti ini dapat meningkatkan emosi untuk memukul.
Orang tua yang terlalu keras dan menerii berteriak pada anak-anak mereka akan tidak disukai oleh anak-anak mereka dan ingin menjauh. Namun, orang tua harus menjadi panutan dan panutan bagi anak-anak mereka.
Jika orang tua terlalu keras dan sering meneriilik anak, anak akan mencari perhatian dan perlindungan selain orang tua.
Ini karena meneringki anak-anak mengalami trauma atau takut, sementara anak-anak membutuhkan kepercayaan diri yang seharusnya didukung oleh orang tua.
Dampak meneringuskan pada seorang anak
Menurut penelitian oleh National Institutes of Health, berteriak atau meneri berteriak pada anak-anak dapat membuat anak-anak lebih agresif, baik secara fisik maupun verbal. Meneri berteriak atau meneringuskan seorang anak adalah bentuk mengekspresikan emosi. Ini menakuti anak-anak dan membuat mereka merasa tidak aman.
Menurut dr. Darmady Darmawan, Sp.A, RS Omni Pulomas, mengatakan berbicara kasar kepada balita atau sering meneriilat anak dapat mempengaruhi perkembangan psikologis dan perkembangan otak. Dampak buruknya adalah anak menjadi agresif atau sebaliknya.
"Jika mereka sering diteriaki, anak-anak dapat tumbuh menjadi agresif, pemalu atau rendah diri, dengan harga diri yang rendah," katanya.
1. Anak-anak Menjadi Tertutup
Orang tua yang suka menerii anak tentu akan menimbulkan ketakutan bagi anak-anak.
Anak-anak yang takut sangat mungkin tumbuh menjadi introvert. Ketika mereka ditutup, rasa untuk berbicara dengan orang tua mereka akan berkurang.
Kondisi ini sangat mempengaruhi psikologi anak-anak dan membuat anak-anak merasa tertekan ketika menghadapi masalah tanpa berkonsultasi dengan orang tua mereka. Ketika seorang anak mulai mengisolasi diri dari orang tuanya, ia akan mencari perlindungan dari orang lain. Sehingga peran orang tua dalam membesarkan anak akan diabaikan.
2. Menjadi Pemberontak
Menjerit pada anak-anak akan memiliki dampak psikologis di masa depan mereka. Anak-anak yang suka diteriaki atau dimarahi oleh orang tua mereka, memicu mereka untuk menjadi sosok yang memberontak dan keras kepala.
Pemberontak atau penantang ini memungkinkan anak-anak untuk berdebat atau tidak mematuhi keinginan orang tua mereka. Ini karena mereka merasa tidak dihargai.
Melakukan ini adalah salah satu cara melampiaskan kemarahan orang tua terhadap anak-anak mereka, tetapi ini sangat mengganggu jiwa dan tindakan anak. Semakin banyak orang tua yang emosional, semakin banyak anak-anak akan bertarung dan berdebat dengan kami.
3. Bukan Kepercayaan Diri
Ketika meneriibarkan Si Kecil untuk kesalahan yang tidak terlalu besar atau sepele, hal ini membuat kepribadian anak tumbuh menjadi orang yang kurang percaya diri dan rendah diri.
Anak-anak yang tidak percaya diri akan menyulitkannya untuk menjalankan aktivitas. Dia akan merasa tidak dihargai, tidak berguna sampai selalu membuat kesalahan.
Berteriak membuat anak bertanya-tanya apa yang dia lakukan salah. Anak-anak akan merasa bersalah dalam jangka panjang dan memicu rasa tidak aman. Ini tidak baik untuk kesehatan mental yang akan memicu depresi.
4. Trauma Jangka Panjang
Meluncurkan penelitian yang diterbitkan dalam Science Direct, dampak meneringki anak-anak akan mempengaruhi psikologi anak-anak, membuat mereka frustrasi dan depresi.
Mengekspresikan emosi secara verbal terhadap anak-anak dapat memiliki efek yang berlangsung lama setelah insiden terjadi. Menurut penelitian ini, efek psikologis jangka panjang dari menering teriak pada anak dapat menyebabkan gejala-gejala berikut:
- Kecemasan
- Tidak dihargai
- Pandangan negatif tentang diri Anda
- Masalah sosial
- Masalah perilaku
- Agresi
- Depresi
- Memicu perundungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak cenderung memperlakukan orang lain dengan cara yang sama seperti orang memperlakukan mereka.
Kebiasaan dan kecenderungan anak-anak yang berkembang sebagai akibat dari hubungan masa kanak-kanak akan mengikuti mereka menjadi dewasa.
Dampak Menjerit Anak pada Sel Otak
Mendidik anak-anak dalam fase balita adalah sesuatu yang perlu diperhatikan.
Usia balita adalah masa keemasan di mana miliaran sel otak anak berkembang sangat pesat pada usia 0-6 tahun. Itu sebabnya dalam fase emas ini, apa yang diserap anak-anak dari kehidupan sehari-hari mereka diyakini dapat memengaruhi sikap, karakter, kecerdasan, dan keterampilan lainnya di masa depan. Termasuk saat dia besar.
Nah, sel-sel otak ini akan berkembang sempurna tergantung pada stimulasi. Jadi, jika anak-anak diteriaki lebih sering daripada diberikan stimulasi yang terkait dengan kecerdasan, maka bukan tidak mungkin sel-sel otak ini akan rusak.
Karena secara ilmiah jika Anda sering menerii berteriak pada seorang anak, dia akan merasa takut. Ketika itu terjadi, produksi hormon kortisol di otak meningkat. Semakin tinggi produksi hormon itu akan memutus sel-sel di otak.
Lalu, bagaimana jika orang tua sudah mengatakan kasar atau sering menerii berteriak pada anak dalam kesehariannya? Kita pasti merasa sangat bersalah setelah itu, kan?
"Cobalah untuk berbicara dengan lembut, meminta maaf, melakukan kontak fisik seperti memeluk, mencium, membelai adalah cara untuk rebonding setelah secara tidak sengaja menerikam seorang anak," tambah dr. Darmady.
Di sisi lain, orang tua juga perlu memikirkan dampaknya pada Si Kecil jika sering menerima teriakan. Artinya, dia menjadi agresif atau bahkan meniru dengan berbicara sambil berteriak juga.
Jika demikian, ketika anak berteriak, orang tua harus berbicara dengan lembut dan tidak terprovokasi oleh emosinya. Lakukan kontak fisik, bicaralah dengan lembut, dan beri anak waktu untuk tenang.
0 komentar:
Posting Komentar