Orang Tua, Guru Dan Teman Dalam Pepatah Aceh
Berikut ini adalah beberapa contoh peribahasa atau pepatah Aceh yang telah dikenal luas oleh masyarakat Aceh, baik itu berhungan dengan perintah, larangan, sindiran, harapan dan lain sebagainya.
1. Memilih Sahabat
- Bak ie raya bék tatheun empeh
- Bak ie tirek bék tatheun bubee
- Bek tameurakan ngon si paléh
- Hareuta abèh, geutanyoe malee
Artinya:
- Pada aliran air bah jangan dipasang empeh ( empeh adalah penahan air biasanya dari daun-daunan dan ranting kayu untuk menahan ikan ketika menguras air sungai untuk mengambil ikan)
- Pada ie tireh jangan dipasang bubu (Ie tireh adalah tetesan air yang keluar dari atap bocor)
- Jangan berteman dengan orang paleh (paleh adalah identik bagi orang yang tidak jujur/penipu/jahat)
- Harta habis, kita mendapat malu
Pembahasan :
Teman biasanya memiliki karakter yang berbeda-beda, bagi masyarakat Aceh memilih teman itu sangat penting. Karena teman lama-lama akan ikut membentuk karakter kita. Bila teman kita orang yang taat terhadap ajaran agama, lama-kelamaan kitapun akan ikut menjadi orang yang taat. Begitu juga sebaliknya, jika teman kita adalah orang yang paleh (jahat) lama kelamaan kitapun akan menjadi orang paleh (jahat).
Selain itu, Orang bijakpun pernah berkata, kalau kita berteman dengan penjual parfum, setidaknya kita akan kecipratan dengan bau wangi walaupun kita tidak membelinya. Jadi itulah alasan mengapa masyarakat Aceh sejak kecil telah di ajarkan untuk tidak bergaul dengan sembangan teman. Paling tidak jangan bernah berteman dengan orang paleh (penipu/jahat)
2. Usaha dan Rezeki
- Tapak jak
- Urat menari
- Meunyo na tajak
- Cit na raseuki
Artinya ;
- Kaki melangkah
- Urat menari
- Kalau kita mau berusaha
- Tentu ada rezeki
Pembahasan :
Pepatah ini mengisyaratkan bagi orang Aceh agar jadi manusia pemalas, jangan mudah berputus asa, karena langkah, rezeki, jodoh dan maut merupakan rahasia Allah. Manusia di anjurkan hanya sebatas berusaha dan setiap usaha pasti tidak ada yang sia-sia seperti yang digambarkan pada pepatah di atas “ meunyona tajak, cit na raseuki”.
3. Musyawarah
- Menyo na pakat
- Lampoh jeurat jeut tapeugala
Artinya :
- Kalau sudah kesepakatan
- Tanah kuburan pun dapat digadaikan
Pembahasan :
Bagi masyarakat Aceh tanah kuburan, merupakan tanah umum yang penggunaannya hanya khusus untuk kuburan saja; dan sangat pantang jika di gunakan untuk tempat bermain atau belalu –lalang. Dengan alasan itu sangat sulit jika ada orang yang berniat untuk menjual karena memang jarang orang yang mau membelinya. Namun dengan kekuatan musyawarah segala hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Itulah kira maksud dari pepatah Aceh di atas.
4. Menghormati orang tua dan guru
- Ayah ngon mak, lheuh nyan guree
- Ureung nyan ban lhee, ta peu mulia
Artinya :
- Ayah dan ibu, setelah itu guru
- Ketiga orang itu, wajib di muliakan
Pembahasan:
Bagi masyarakat Aceh, terdapat tiga orang yang wajib di patuhi atau di muliakan, yaitu ayah ibu dan guru. Guru yang di maksud adalah alim ulama, tempat bagi orang Aceh meminta petunjuk, pertimbangan atau tempat untuk belajar ilmu agama. Jadi sejak kecil anak-anak aceh telah di biasakan untuk patuh, menghormati atau memuliakan ayah, ibu dan guru. Takzim (patuh/taat) kepada orang ketiga orang itu menjadi suatu yang wajib, anak yang membangkang terhadap ketiganya akan di anggap sebagai anak yang durhaka dan tidak memperoleh berkah dalam hidupnya.
4. Taat perintah guru
- Taek u gle tajak koh kayee
- Tinggai peureudee teumpat leuek kutruw
- Meu han tapateh amanat guree
- Dudoe meuteumee apui neuraka
Artinya :
- Naik ke gunung menebang kayu
- Tinggal pangkalnya untuk tempat perkutut bernyanyi
- Kalau tidak patuh pada amanah guru
- Di khirat nanti mendapat api neraka
Pembahasan :
Inti dari peribahasa di atas adalah pada dua baris terakhir, yaitu kepatuhan atau taat kepada amanat guru, dalam masyarakat Aceh, guru yang di maksud adalah guru ngaji atau tempat menuntut ilmu agama. Karena dalam sejarah, masyarakat Aceh mengenal guru hanya sebatas guru agama. Walaupun didalamnya nanti juga membahas ilmu umum. Karena ulama-ulama Aceh terdahulu umumnya mengusai banyak bidang ilmu. Jadi tidak sebatas mengajarkan Aqidah dan Syariah (ilmu Al-quran dan Hadist). Namun juga mengajarkan tentang ilmu Fiqih (ilmu hukum) dan juga Mu’amallah (ilmu jual beli).
Jadi bagi orang Aceh, guru merupakan warisatul ambiya (pewaris para nabi) yang membawa risalah agama sebagai penuntun hidup bermasyarakat dan sebagai petunjuk agar untuk menajdi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Semoga tulisan yang ringkas ini bermanfaat atau menjadi nasehat dan pengingat untuk kita semua. aamiin
Sumber rujukan : H.Amir Husin, Pepatah dan Peribahasa Aceh.
0 komentar:
Posting Komentar